Thursday, February 20, 2014

Tamasya Hotel




Tiga hari ini, dari Jum’at hingga Minggu pagi kota Bandung cerah dan terang benderang. Sangat berbeda pada hari-hari sebelumnya. Waktu itu hujan dan awan tebal selalu menyelimuti kota termasuk bukit Lembang dimana saya tinggal. Pagi tadi saya bergegas jalan pagi di sela-sela bebukitan yang mengarak ke daerah Tangguban Perahu. Dalam sinar mentari yang menerawang dan hawa sejuk saya jalan kaki sambil mengagumi lingkungan yang telah berkembang pesat. Pulang ke rumah, di Harian Pikiran Rakyat halaman 9 Minggu pagi ini saya membaca tulisan rekan Mangarahon Dongoran yang berjudul Menjajal Hotel mewah. Judul itu telah mengingatkan saya akan tamasya hotel. Karena tugas-tugas di Investor Relations PT Telkom, saya sering singgah di hotel-hotel banyak kota-kota besar di dunia dimana ada investor sahamnya Telkom. Atau tepatnya tempat pertemuan dengan para investor yang memiliki saham Telkom maupun yang berminat membeli saham perusahaan tersebut.

Sebut saja kota-kota yang sering disinggahi team direksi Telkom dan Telkomsel, mulai dari Asia dimana kami sering berjumpa dengan investor yaitu Singapura, Hong Kong, Tokyo, dan Bangkok. Kemudian di Eropa beberapa kota tempat investor meeting seperti London, Roma, Frankfrut, bahkan hingga ke kota yang romantis dan banyak menampilkan sejarah kota di utara Inggris yaitu Edindurgh. Di Amerika Serikat dimana Telkom mendaftarkan sahamnya di New York Stock Exchange, beberapa kota yang sering didatangi Tim TelkomGroup adalah New York, Boston, Washington, San Francisco, Los Angeles, Miami dan Fort Lauderdale. Ada satu hal yang konsisten terjadi setiap kali menginap di berbagai hotel-hotel bagus tersebut yaitu hanya didiami pada malam hari saja bahkan selalu larut malam karena acara yang padat termasuk acara dinner dengan para investor atau juga acara makan malam tim sekedar relax. Waktu menginap di hotel berkisar antara semalam hingga tiga malam saja. Jadi tidak lama. 

Kalau di Singapura kebanyakan acara berlangsung di daerah Marina Bay dan di tengah kota, namun kebanyakan di daerah pantai. Jadi menginapnya kebanyakan di hotel-hotel besar di sekitar Marina itu. Menikmati pemandangan pantai Singapura biasanya hanya pagi hari sambil lari pagi mulai pukul 5.30 hingga pukul 7 saja. Setelah itu langsung siap meeting dengan investor. Demikian juga bila ada acara di Hong Kong kami sering menginap di hotel-hotel di bagian Hong Kong maupun Kowloon dimana di kedua sisi daerah tersebut selalu hotelnya menghadap ke laut sehingga bisa menikmati indahnya Hong Kong di malam hari, sebelum tidur.

Pengalaman lainnya, pernah juga menginap di sebuah hotel yang bagus persis di pinggir taman Hyde Park London. Waktu itu menjadi tim Indonesia dalam pertemuan para Menteri Keuangan negara-negara ASEAN termasuk di dalamnya ada acara investor meeting. Saya pernah sekolah di London tahun 1994-1995. Jadi suasana London sudah tidak asing lagi.

Yang unik menginap di sebuah hotel terkenal persis di pinggir taman besar New York Central Park yang berada diantara 59th Street di Central Park South) dan 110th Street di Central Park North. Jumlah pengunjungnya sekitar 40 juta pertahunnya. Tempat tidurnya relatif tinggi dan bantal yang ada di tempat tidur ada sekitar 10 bantal hingga yang relative kecil. Tentu saja tempat tidurnya luas. Pagi-pagi waktu sarapan, pak Kristiono Dirut Telkom waktu itu bilang “wah sampe bingung tidurnya karena penuh dengan bantal…”. Kami semua senyum aja…rupanya pengalamannya sama…

Pada kesempatan lain, saya mendampingi dewan komisaris pak Tanri Abeng dan alm Arief Arryman menginap di sebuah hotel persis dekat ground zero yang pernah jadi lokasi twin center yang roboh tahun 2001. Lumayan juga jika mengingat peristiwa mengerikan itu.
Yang cukup dinikmati sewaktu menginap di hotel besar dan luas yang berada di pinggir pantai, di selatan Los Angeles. Disitu bisa main golf, renang di laut, dan masih banyak olah raga lainnya. Makan pagi dan siangnya di tempat terbuka dengan pemandangan indah pantai daerah California. (hus/pagi yang cerah di kaki bukit lembang/minggu 26 januari 2014)

Sunday, February 9, 2014

Meeting ITU yang Produktif


Acara ITU Committee meeting di Bangkok pada hari Senin 16 September 2013 lalu sangat mengesankan saya secara pribadi. Pertemuan itu sangat produktif karena persiapan yang matang serta kepemimpinan Regional Director ITU Ms. Eun-Ju Kim Ph.D yang sangat efektif dalam memimpin pertemuan tersebut. Beliau berasal dari Korea Selatan. Saya ingat ada tiga kali beliau menyampaikan bahwa peserta terutama Centre of Excellence (CoE) ITU harus menghasilkan program workshop dan training dengan kualitas tinggi sesuai dengan standard ITU yang akan dijalankan pada tahun 2014. Program tersebut harus menarik dan dibutuhkan oleh calon-calon peserta dari negara-negara Asia Pasifik. Selain itu beliau menekankan agar persiapan program harus dimulai sejak sekarang. Misalnya ada yang akan dilaksanakan pada bulan November 2014 maka tentu saja perlu dibentuk tim sekembalinya dari Bangkok sehingga kegiatan persiapan dapat dimulai sedini mungkin. Persiapan jangan dilakukan dalam waktu yang sangat mepet, misalnya tiga bulan sebelumnya. Saya menangkap beliau sebagai seorang eksekutif pekerja keras. Nampaknya hal ini juga saya pelajari dari banyak orang-orang Korea yang pernah kerjasama dengan saya di masa lalu maupun dari diskusi dengan mereka.
Ada dua contoh yang pernah saya ketahui yaitu waktu di Investor Relations PT Telkom. Biasanya tim kami dibantu oleh legal advisor dari Amerika Serikat karena memang Telkom listed di New York Stock Exchange. Biasanya tim tersebut pulang dari  kantor Telkom di Jakarta pukul 8 atau 9 malam tiap hari selama seminggu atau du minggu di Jakarta. Dia mengatakan kerja dilanjutkan lagi hingga larut malam. Kejadian lain waktu kami berada di Hong Kong, dimana tim kami dengan tim mereka mengadakan makan malam di luar hotel. Rupanya setelah makan malam tersebut sekitar jam 11 malam, dia kembali lagi ke kantor untuk melanjutkan kerjanya. Contoh lainnya dengan rekan-rekan di Solbridge Business School di Daejeon Korea Selatan. Target-target Sekolah tersebut luar biasa sangat menantang. Misalnya bagaimana menarik mahasiswa dari Perancis dan Jepang untuk kuliah di kampus mereka. Tidak gampang mengajak mahasiswa Eropa datang ke Asia. Tapi rekan-rekan saya di Solbridge terus kerja keras dan mencari cara agar dapat menembus ke dua negara tersebut. Ketua Yayasannya yang saya kenal bilang sama timnya agar terus berusaha saja dan kembangkan kreatifitas tim. Akhirnya mereka berhasil berkat kerja keras dan terus melakukan pemasaran kepada beberapa  institusi di kedua Negara tersebut. Untuk menembus pasar Jepang mereka khusus mengangkat seorang eksekutif dari Jepang yang tentunya tahu karakteristik dan perilaku pasar calon mahasiswa Jepang.
Kembali kepada cerita ITU diatas, saya lihat setiap tim CoE melakukan presentasi, Ms. Kim selalu memberikan comment, feedback dan ini yang penting usulan program baru yang dapat dikembangkan oleh CoE. Beliau juga mendorong agar CoE mencari partner internasional yang ada di ruangan tersebut maupun yang lainnya untuk meningkatkan kualitas dan citra workshop dan training yang akan ditawarkan kepada peserta internasional. Pada akhir pertemuan, setiap Coe menghasilkan 3 atau 4 program workshop dan training yang akan dijalankan mulai yang ada di Iran, Pakistan, hingga ke Malaysia, Vietnam dan tentunya Indonesia khususnya di Bandung. Peserta dari  11 negara tersebut terlihat sangat puas dengan hasil akhir berupa banyak program yang akan dilaksanakan pada tahun 2014. Pertemuan yang produktif tersebut  yang dimulai pukul 9 pagi, berakhir sekitar jam setengah enam sore. Luar biasa.. 
Hal lainnya yang membuat pertemuan ini sangat berhasil adalah peran Mr. Ashish Narayan yang sangat piawai dalam memimpin teknis pertemuan. Beliau adalah salah satu motor ITU Asia Pasifik. Materi-materi pertemuan dipersiapkan dengan baik dan lengkap serta melakukan presentasi atas materi-materi ITU dan memimpin teknis diskusi selama pertemuan. Contoh lainnya dalam dua kali training yang saya ikuti dalam rangka mempelajari pola training yang dijalanankan ITU oleh CoEnya, peran Mr. Ashish sangat efektif dalam memberikan materi maupun membangkitkan dinamika kelas worshop dan training.
Sekarang Tel-U sudah dipercaya sekaligus sebagai sarana untuk mengetahui kemampuannya dalam menyelenggarakan workshop dan training ICT for Entrepreneurs pada November 2014 yang akan datang bersama Universitas Utara Malaysia serta dua partner internasional lainnya. Tentu saja di tingkat Tel-U akan langsung dibentuk Tim internal sesuai dengan permintaan Dr.Kim diatas. Insya Allah akan segera kita lakukan dalam rangka mengembangkan jejaring internasional sesuai arahan Rektor Tel-U Prof Mochamad Ashari. (hus/pagi shubuh Jum’at di TOT Academy Bangkok/20 September 2013)

Makannya Pakai Gunting




Salah satu makanan yang banyak disukai masyarakat Korea adalah Kalbitang. Jenis makanan ini yang berupa sup tulang iga sapi tidak sulit ditemukan di banyak restoran di Korea. Bahkan dalam perjalanan pulang dari Seoul ke Daejeon yang baru saja dilakukan, saya dan rombongan mahasiswa IM Telkom baru saja menikmati sajian yang enak tersebut di sebuah desa sekitar 20 kilometer sebelum kota Daejeon. Dalam suasana mendung dan agak dingin di tengah musim panas ini, kami makan di sebuah restoran yang dilingkungi hutan yang bergunung-gunung, sehingga suasananya sangat nyaman. Dengan perut agak lapar tersebut menimbulkan kenikmatan yang luar biasa menyantap Kalbitang.

Restoran tersebut tidak menyediakan kursi seperti layaknya restoran secara umum. Jadi tamu-tamu duduk di lantai dengan lapisan semacam kulit yang empuk sehingga cukup nikmat duduknya. Ada meja yang rendah sesuai dengan posisi duduk orang yang makan. Pada saat tiba, di meja sudah ada kimchi yang menjadi ciri khas korea, air dingin, dan juga nasi putih yang di sediakan di dalam tempat bulat kecil dari stainless. Demikian juga dengan tempat minuman terbuat dari bahan yang sama.

Kalbitang di sajikan dalam keadaan panas di dalam sebuah mangkok dari keramik berwarna hitam tetapi tidak licin dengan tatakannya. Penyajian ini menambah selera makan.  Kalbitang berisi tiga kerat tulang iga sapi beserta dagingnya yang diberi kuah hingga setengah dari mangkok tersebut. Kuahnya sendiri diberi irisan-irisan daun bawang sehingga menambah aroma wangi Kalbitang. Ada juga di dalamnya jamur berwarna putih yang di potong-potong menjadi seperti mie. Supaya lebih mudah makan dagingnya, bisa dipakai gunting untuk memotong daging menjadi lebih kecil lagi. Tulangnya kemudian ditaruh di mangkok stainless. 

Air Kalbitang bisa disedu dulu dengan sendok. Rasa kuahnya biasa, tidak asin. Dagingnya bisa juga di makan dengan nasi menggunakan stik yang terbuat dari stainless atau bagi yang tidak biasa dapat memakai sendok tadi. Dalam suasana bersama dengan mahasiswa, kami sangat menikmati makan sore ini.

Pada dasarnya Kalbitang hampir sama dengan pindang tulang dari Palembang. Hanya saja pindang tersebut diantaranya ada rasa sereh, cabai, sedikit irisan bawang merah. Makanan ini juga nikmat…..sekarang kami siap-siap menyiapkan koper untuk terbang kembali dengan Garuda ke Jakarta lewat Denpasar besok pagi …(Hus/sore di Daejeon/kamis, 4 Juli 2013)

Perjalanan ke Daejeon, Korea Selatan




Tugas ke Daejeon Korea Selatan menempuh perjalanan yang cukup melelahkan. Mulai dari Bandung setengah lima sore lebih untuk mengejar pesawat Garuda pukul 11.30 malam dari Bandara Soekarno Hatta. Biasa, sore itu memang banyak mereka yang akan kembali ke Jakarta setelah liburan maupun yang rumahnya di Bandung tapi tugas di Jakarta. Sebagai mana biasa sepanjang jalan mulai dari Pasteur menempuh perjalanan lewat tol Purbaleunyi dipenuhi oleh mobil hingga Jakarta. Layaknya seperti air bah deras yang mengalir tak tertahankan mencari hilirnya. Di tengah perjalanan karena perbaikan jalan di kilometer 47 tol Cikampek belum juga selesai, perjalanan tersendat yang menguras waktu hingga satu setengah jam menjelang kilometer 47 tersebut. Setelah itu lancar hingga Cengkareng. Akhirnya saya merasa lega sekitar pukul 20.30 kami tiba di bandara. Setelah check in, akhirnya kami beristirahat di lounge CitiBank hingga menjelang keberangkatan. Dalam keadaan hujan gerimis, pesawat Garuda Air Bus seri A 300 tersebut membelah udara Tangerang dalam kegelapan malam menuju Bandara Incheon dengan waktu penerbangan sekitar hampir 7 jam. Dalam hampir dua jam pertama pesawat selalu dalam keadaan agak oleng karena masalah cuaca tetapi setelah itu penerbangan sangat bagus dan stabil. Akhirnya sekitar pukul setengah Sembilan pagi waktu Korea, kami mendarat dengan sangat mulus di Incheon. Acungan jempol untuk pilot Garuda dengan pendaratan pesawat besar tersebut yang sangat halus, bahkan hampir tidak terasa bahwa pesawat telah mendarat di bumi ginseng tersebut tepat jam 8.30 waktu Korea.

Proses klarifikasi kesehatan, imigrasi, dan mengambil bagasi berlangsung lancar. Kami langsung bertemu dengan rekan Ony dari Solbride International Business School yang berlokasi di Daejeon. Dari bandara Incheon, kami naik bis menuju ke tujuan. Keluar Bandara, perjalanan melewati sebuah jembatan yang baru saja selesai sepanjang 16 kilometer yang dibangun oleh Samsung Construction yang masuk dalam Samsung Group. Di Indonesia, nama Samsung selama ini banyak dikenal dalam bidang elektronik, khususnya handphone. Jembatan ini membelah laut sehingga perjalanan yang tadinya memutar sehingga lebih jauh mengakibatkan perjalanan ke Daejeon hanya ditempuh dua setengah jam saja. Sebelumnya membutuhkan waktu 3 jam. Selama menempuh perjalanan di jembatan yang sangat pajnag tersebut, pemandangan indah yang ada tidak begitu dapat dinikmmati karena pandangan yang  tidak begitu jelas karena ada semacam kabut yang terjadi pada musim panas kali ini.

Selepas Bandara, disamping jalan tol yang kami lewati banyak gedung-gedung fasilitas manufaktur yang dimiliki oleh berbagai raksasa perusahaan Korea Selatan yang telah dikenal banyak orang di Indonesia seperti Hyundai, Samsung, dan LG. dewasa ini nama-nama perusahaan Korea ini telah merupakan bagian dari nama-nama yang sduah dikenal umum di dunia. Nama-nama perusahaan yang barus disebut tersebut menduduki tempat top di dunia. yang menarik juga banyak nama-nama perusahaan-perusahaan internasional yang berinvestasi disitu. Selain itu banyak juga perusahaan-perusahaan Korea lainnya.

Pemandangan lainnya selepas daerah Incheon, banyak terlihat pepohonan dengan dedaunan berwarna hijau. Tidak ada lagi bunga-bunga khas Korea yang biasa muncul di musim semi pada bulan April. Musim panas sangat terasa. Temperatur sekarang antara 29 hingga 30 derajat. Terangnya lebih lama dari pada malamnya atau gelapnya. Sebentar lagi puasa Ramadhan. Umat Muslim di Korea termasuk pelajar dan mahasiswa muslim Indonesia akan berpuasa lebh lama dibandingkan dengan umat muslim di Indonesia. Pemandangan lainnya terlihat banyak sawah-sawah yang tinggi tanaman padinya baru setinggi sekitar 30 hingga 40 sentimeter. Terlihat beberapa petani yang bekerja di sawah diserta dengan kendaraan mobil jip, juga ada yang memakai sedan. Tentu saja pemandangan ini sangat berbeda dengan keadaan di Indonesia. 

Jalan tol yang kami lewati merupakan salah satu dari beberapa jalan tol yang tersedia di Korea. Beberapa simpangan jalan tol terlihat di sepanjang perjalanan ini. Di beberapa bagian yang dekat kota di tutupi semacam dinding yang terbuat dari bahan semacam plastik yang diberi warna warni merah, biru, ada juga jingga. Pemandangan ini sangat unik karena saya jarang melihat pandangan serupa di jalan-jalan di negara-negara lain  di Eropa, Cina dan Australia. Ada juga bagian bawah jalan tol yang melintas di atas kami, dicat warna biru muda. Indah juga jadinya.

Setelah berhenti sekitar hampir 30 menit  di sebuah tempat pengisian bahan bakar dan pertokoan, bis yang kami tumpangi melanjutkan perjalanan. Akhirnya setelah menempuh sekitar 3 jam termasuk istirahat bus tiba di kota Daejeon yang merupakan kota terbesar ke empat di Korea Selatan dengan penduduk 1,3 juta jiwa. Di stasiun bis, kami sudah dijemput oleh sebuah kendaraan Solbride. Sekitar 10 menit kemudian kami tiba di kampus Solbride, International Business School. Kota ini juga merupakan tempat dari sebuah perguruan tinggi teknologi terkenal di dunia yaitu KAIST serta sebuah fasilitas penelitian top ETRI. Perjalanan ke Daejeon merupakan ke dua kalinya. Begitu merasakan ginseng pada akhir tahun 2010 lalu, akhirnya ada kesempatan ke dua ke negeri ginseng ini. Kali ini bersama rekan saya Bachruddin. Alhamdulillah…(Hus/ selasa shubuh di daejeon/2 Juli 2013)

Sholat Jum’at di Itaewon, Seoul




Waktu tiba di Bandung pada awal Juli 2013 lalu dari Korea , saya teringat nama Itaewon. Tapi lupa di bagian mana dari Kota Seoul. Daerah itu pernah saya kunjungi waktu pertama kali ke Seoul pada musim semi April 2011 lalu. Sebenarnya mudah saja. Dengan googling saja di internet langsung ketemu. Tapi itu tidak sempat saya lakukan. Namun membaca tulisan Mas Wawan H. Prabowo di Kompas Minggu 21 Juli 2013, saya jadi teringat lagi akan kenangan sholat Jum’at di daerah tersebut. Tepatnya di Seoul Central Mosque di kawasan Itaewon. Pada kunjungan awal Juli lalu, saya tidak sempat sholat disana karena pada hari Jum’at sudah dalam penerbangan ke Denpasar.

Saya masih ingat sekali suasana daerah Itaewon itu terutama yang menuju ke area mesjid. Yang jelas area mesjid berada di ketinggian kota Seoul. Dari area mesjid terlihat jelas berbagai bangunan tinggi sebagian kota Seoul. Waktu itu suasananya sudah masuk awal musim semi. Sebagian pepohonan di sekitar mesjid sudah ada yang berdaun bahkan sudah ada tunas bungaCherry Blossom. Dalam perjalanan di beberapa bagian kota Seoul dan Daejeon, saya lihat juga ada beberapa pohon yang sudah berbunga warna putih yang indah itu. Saya terbayang betapa indahnya bila semua pepohonan sudah berbunga. Suasana tersebut banyak menarik wisatawan dari manca negara. Sementara sebagian lagi pepohonan masih gundul alias hanya batang dan ranting saja yang terlihat. Bicara mengenai bunga, Korea Selatan memiliki bunga nasional yaitu Mugunghwa (무궁화) yang menghiasi seluruh negeri Ginseng ini dari sekitar bulan Juli hingga Oktober setiap tahunnya. Bunga nasional ini disebut juga dengan nama Rose of Sharon. Bunga ini sangat andal dimana mampu mengadapi penyakit tumbuh-tumbuah maupun serangga. Makna simbolis bunga yang memiliki katang mugung ini berarti keabadian.

Hal lainnya yang saya sangat ingat dengan jelas adalah masih banyaknya kabel-kabel telepon di pinggir jalan menuju area mesjid. Berjuntai tak beraturan. Pabalatak keneh, kata urang Sunda mah…sementara di bagian lain kota tidak kelihatan lagi karena sudah diganti dengan fiber optic. Korea sangat maju dengan teknologi ICTnya.

Di bagian atas depan bangunan mesjidnya tertulis Allahhu Akbar yang berwarna hijau. Bangunan utama ini diapit oleh dua menara yang kelihatan kokoh. Untuk mencapai pintu masuk utama maka pengunjung perlu meniti banyak anak tangga terlebih dahulu. Di bagian depan ada empat pilar yang menunjang ke tiga bagian lekukan yang berujung ke sebelah atas. Dari anak tangga serta bagian depan pintu, pengunjung dapat memandang kota Seoul dengan cukup leluasa. Agar dapat melihat lebih memandang keindahan kota Seoul, anda dapat berkunjung ke Seoul Tower yang merupakan salah satu tujuan wisata yang popular. Di tiap kacanya di bagian atas ditulis nama kota-kota di dunia yang dapat dituju dari arah dimana kita berdiri, diantaranya tertulis Jakarta Indonesia yang jaraknya 5.268,18 kilometer dari Seoul Tower.

Pada saat sholat Jum’at tersebut cukup banyak juga mobil-mobil yang parkir di halaman mesjid. Pada waktu saya dan rombongan mahasiswa IM Telkom tiba di mesjid ternyata masih belum banyak mobil yang parker. Namun sejenak kemudian tempat parkir tersebut menjadi penuh. Jamaah harus pelan-pelan jalan menuju anak tangga di sela-sela mobil tersebut.

Jamaah yang datang dari berbagai bangsa seperti Arab, Pakistan, Bangladesh, Korea, Cina, Malaysia dan tentunya kami dari Indonesia. Terlihat juga beberapa pejabat dari Kedutaan Indonesia yang sempat kami temui di Kampus Solbridge Daejeon sehari sebelumnya. Sehabis sholat, saya sempat berfoto bersama mahasiswa. Terlihat banyak jamaah yang ngobrol berkelompok dari negara-negara yang disebutkan di atas. Melepas rindu sesama muslim atau rekan, mungkin juga kerabat yang kebetulan di Seoul. Mereka menggunakan setiap ruang lowong apakah itu di dalam mesjid, di tangga atau di sela-sela tempat parkir. Sementara itu lambat-lambat jamaah dan kendaraan keluar area mesjid melalui jalan lorong pendek yang menurun. Di pinggir jalan yang tidak begitu besar dan menurun banyak terlihat toko-toko dan restoran muslim yang ditulis juga dalam huruf arab, disamping tulisan dalam bahasa Korea. Akhirnya setelah jalan kaki beberapa menit, saya dan mahasiswa tiba di restoran yang sudah menyediakan makanan Korea dengan sayuran yang lezat di tengah suasana musim semi yang berkesan tersebut…Alhamdulillah, Allah SWT memberikan kesempatan untuk sholat Jum’at bersama jamaah di Seoul….(hus/sore menjelang buka puasa di lereng bukit Lembang/21 juli 2013)