Kami peserta pertemuan
ABEST21 di Tokyo pada saat pertemuan di Sony University pada siang hari yang
dingin, mengunjungi Sony Archive. Gedungnya persis di sebelah gedung pertemuan
ABEST21, ukurannya sedang dengan luas sekitar 15 x 40 meter. Ruangnya cukup kompak,
dengan ukuran yang demikian bisa memamerkan berbagai inovasi Sony sejak
berdirinya hingga produk-produk 3-5 tahun lalu.
Kata-kata diatas “We
do what others not do…” keluar dari Akio Morita dalam film dokumenter mengenai
sejarah Sony. Itulah salah satu semangat Sony yang menggerakkan para engineer
muda Jepang, para manajer, para pimpinannya. Nampaknya untuk melaksanakan apa
yang disampaikan Morita itu, diperlukan semangat baja yaitu semangat kerja
keras hingga malam tiap hari, tidak putus asa untuk mencari…mencari berbagai
ide baru yag belum dilakukan orang lain atau bangsa lain sebelumnya. Hal itu
bisa yang baru sama sekali….yaitu yang orisinil maupun gabungan-gabungan dari
apa yang sudah pernah dibuat orang lain sehingga menjadi sesuatu yang unik dan
baru denganerformansi yang jauh lebih baik. Dibelakangnya terdapat
pemimpin-peminpin yang tidak pernah lelah mendorong bawahannya maupun
rekan-rekannya untuk berfikir…berfikir, disain, menulis…dan membuat prototype
dan akhirnya produk.
Ada sebuah cerita
dalam film tersebut. Menarik dan masih relevan dengan situasi sekarang. “kita
sudah membuat sebuah produk yang bagus. Tetapi tidak ada yang beli. Mungkin
karena terlalu mahal. Bisa juga tidak terlalu atau belum dibutuhkan oleh
orang-orang”. Jadi pemimpin Sony di masa awal bisnisnya bilang “ kita harus
buat barang yang dibutuhkan dan dibeli orang atau pelanggan”. Memang di dalam
perusahaan harus ada orang yang berfungsi sebagai pemasar. Apa yang dibuat
harus dapat dinikmati oleh masyarakat. Untuk meningkatkan taraf hidup atau
kesejahteraan masyarakat atau society. Ini menjadi salah satu filosofi Sony…for
society. Luar biasa, sebuah pemikiran yang dikembangkan sejak awal berdirinya
Sony.
Pada saat memasuki
gedung tersebut, kami disambut oleh dua orang guide wanita Jepang yang sangat
fasih bahasa Inggrisnya. Mereka menjelaskan secara umum tentang Sony Archive
serta produk-produk yang dipamerkan disitu menurut kelompok ruangannya.
Saya menyaksikan
produk-produk yang mulai dibuat pada masa awal berdirinya Sony. Barang-barang
yang dipamerkan diurutkan menurut tahun sehingga penonton dapat mengikuti
progresnya maupun inovasi baru yang dihasilkan Sony. Ada mesin ketik Sony,
kelihatan sudah sangat tua tetapi tentu saja penuh kenangan. Nampaknya manajemen
Sony berusaha keras menghadirkan produk-produk yang pernah ada di masyarakat
namun waktu itu Sony tidak sempat memiliki copynya. Ada juga walkman yang
pernah sangat terkenal itu. Modelnya cukup banyak dan rasanya tidak asing apa
yang ada disitu karena di Indonesia banyak dijual dan tentu saja banyak dipakai
oleh kaum muda maupun yang sudah senior. Ada juga kamera TV mulai dari yang
sedang hingga yang untuk studio.
Pada salah satu lemari
diperlihatkan juga Sony mengirimkan engineernya ke Amerika serikat untuk
meninjau pabrik elektronik…..hasil peninjauan tersebut, engineer tersebut
menulis sebuah laporan sekaligus sebuah gambar komponen elektronik yang sudah
didisain ulang dengan yang baru lengkap dengan penjeasan detilnya. Laporan itu
ditulis tangan dan dikirimkan via pos ke Tokyo untuk segera dapat di follow up.
Sebuah intelligent industry yang luar biasa, dilakukan seseorang yang piawai
dalam bidangnya. We do in a new way different with others or competitors did….hal
ini memerlukan kemampuan sumber daya manusia yang prima. Yang demikian tetap
saja dibutuhkan pada masa kini. Apalagi dalam kecepatan perubahan yang sangat
tinggi…speed and smart… (hus/pesawat garuda 777 330ER/diselatan Cho Chi Min
City/jam 15 wib, senin 17 Maret 2014)
No comments:
Post a Comment