Tuesday, March 11, 2014

Sony Archive: “We do what others not do…”




Kami peserta pertemuan ABEST21 di Tokyo pada saat pertemuan di Sony University pada siang hari yang dingin, mengunjungi Sony Archive. Gedungnya persis di sebelah gedung pertemuan ABEST21, ukurannya sedang dengan luas sekitar 15 x 40 meter. Ruangnya cukup kompak, dengan ukuran yang demikian bisa memamerkan berbagai inovasi Sony sejak berdirinya hingga produk-produk 3-5 tahun lalu.

Kata-kata diatas “We do what others not do…” keluar dari Akio Morita dalam film dokumenter mengenai sejarah Sony. Itulah salah satu semangat Sony yang menggerakkan para engineer muda Jepang, para manajer, para pimpinannya. Nampaknya untuk melaksanakan apa yang disampaikan Morita itu, diperlukan semangat baja yaitu semangat kerja keras hingga malam tiap hari, tidak putus asa untuk mencari…mencari berbagai ide baru yag belum dilakukan orang lain atau bangsa lain sebelumnya. Hal itu bisa yang baru sama sekali….yaitu yang orisinil maupun gabungan-gabungan dari apa yang sudah pernah dibuat orang lain sehingga menjadi sesuatu yang unik dan baru denganerformansi yang jauh lebih baik. Dibelakangnya terdapat pemimpin-peminpin yang tidak pernah lelah mendorong bawahannya maupun rekan-rekannya untuk berfikir…berfikir, disain, menulis…dan membuat prototype dan akhirnya produk. 

Ada sebuah cerita dalam film tersebut. Menarik dan masih relevan dengan situasi sekarang. “kita sudah membuat sebuah produk yang bagus. Tetapi tidak ada yang beli. Mungkin karena terlalu mahal. Bisa juga tidak terlalu atau belum dibutuhkan oleh orang-orang”. Jadi pemimpin Sony di masa awal bisnisnya bilang “ kita harus buat barang yang dibutuhkan dan dibeli orang atau pelanggan”. Memang di dalam perusahaan harus ada orang yang berfungsi sebagai pemasar. Apa yang dibuat harus dapat dinikmati oleh masyarakat. Untuk meningkatkan taraf hidup atau kesejahteraan masyarakat atau society. Ini menjadi salah satu filosofi Sony…for society. Luar biasa, sebuah pemikiran yang dikembangkan sejak awal berdirinya Sony.
Pada saat memasuki gedung tersebut, kami disambut oleh dua orang guide wanita Jepang yang sangat fasih bahasa Inggrisnya. Mereka menjelaskan secara umum tentang Sony Archive serta produk-produk yang dipamerkan disitu menurut kelompok ruangannya.

Saya menyaksikan produk-produk yang mulai dibuat pada masa awal berdirinya Sony. Barang-barang yang dipamerkan diurutkan menurut tahun sehingga penonton dapat mengikuti progresnya maupun inovasi baru yang dihasilkan Sony. Ada mesin ketik Sony, kelihatan sudah sangat tua tetapi tentu saja penuh kenangan. Nampaknya manajemen Sony berusaha keras menghadirkan produk-produk yang pernah ada di masyarakat namun waktu itu Sony tidak sempat memiliki copynya. Ada juga walkman yang pernah sangat terkenal itu. Modelnya cukup banyak dan rasanya tidak asing apa yang ada disitu karena di Indonesia banyak dijual dan tentu saja banyak dipakai oleh kaum muda maupun yang sudah senior. Ada juga kamera TV mulai dari yang sedang hingga yang untuk studio.

Pada salah satu lemari diperlihatkan juga Sony mengirimkan engineernya ke Amerika serikat untuk meninjau pabrik elektronik…..hasil peninjauan tersebut, engineer tersebut menulis sebuah laporan sekaligus sebuah gambar komponen elektronik yang sudah didisain ulang dengan yang baru lengkap dengan penjeasan detilnya. Laporan itu ditulis tangan dan dikirimkan via pos ke Tokyo untuk segera dapat di follow up. Sebuah intelligent industry yang luar biasa, dilakukan seseorang yang piawai dalam bidangnya. We do in a new way different with others or competitors did….hal ini memerlukan kemampuan sumber daya manusia yang prima. Yang demikian tetap saja dibutuhkan pada masa kini. Apalagi dalam kecepatan perubahan yang sangat tinggi…speed and smart… (hus/pesawat garuda 777 330ER/diselatan Cho Chi Min City/jam 15 wib, senin 17 Maret 2014)

No comments:

Post a Comment