Minggu pagi pak Mali yang umurnya 84 tahun menawarkan sayuran. Dengan suara yang sudah lemah karena umur tapi tetap semangat : “ Sayuur…….sayuuur…….”. Suara itu menapaki komplek perumahan kami di kaki bukit Lembang yang berada disebelah utara jalan tol yang menuju ke jalan Pasteur.
Pada saat
ngobrol dengan pak Mali, beliau saya tanya: “
Aki……kunaon parantos sepuh masih icalan keneh….”. Pak Tua yang kuat lagi
tegar tersebut menjawab dengan nada tegas : “Ah isin…. ari barang penta ka
batur wae mah…”. Lantas pak Mali melanjutkan: “Mending oge dagang leuleutikan…..”. Kalau dalam
bahasa Indonesianya pertanyaan saya adalah Kakek…..kenapa sudah tua masih juga
jualan. Lantas dijawab pak Mali: ah…MALU kalau harus minta-minta terus kepada
orang lain. Mendingan juga dagang kecil-kecilan.
Pak Mali
punya satu putra namun sudah meninggal. Demikian juga istrinya sudah meninggal
beberapa tahun yang lalu. Beliau sekarang hidup sendirian saja di masa tuanya
tapi dengan penuh perjuangan hidup.Saat ini beliau menempati sebuah rumah gubuk
(menurut cerita beliau) di daerah Parongpong Lembang. Sudah hampir satu bulan
rumahnya yang sangat bersahaja tersebut gelap karena aliran listriknya yang dia
minta dari tetangganya dicabut karena tetangga tersebut tidak mampu membayar
listrik sehingga rumah aki Mali turut bergelap ria. Sebetulnya Aki Mali sudah
membayar sebesar dua puluh ribu rupiah tiap bulan untuk keperluan listrik
tersebut. Tapi apa boleh buat, walau sudah bayar tetap saja gelap karena
tetangganya belum membayar tagihan listrik. Petugas PLN punya jalan keluar. Aki
Mali jangan nyambung ke tetangganya lagi. Tapi bisa disambung langsung dari
gardu terdekat dengan membayar sebesar seratus lima puluh ribu rupiah. Aki Mali
akan mendapat 25 watt.
Dalam percakapan saya pagi minggu pagi itu,
beliau sering menyatakan “Aki teh bingung…..kumaha…carana neangan duit ker
mayar PLN….makaning kudu ayak duit seratus lima puluh rebu…..”.
Karakter MALU, BERJUANG KERAS dengan tenaga yang
ada….dapat ditemui di banyak masyarakat Indonesia. Salah satu yang dapat kita
tiru apa yang ditunjukkan oleh Aki Mali yang sebatang kara. Beliau mendorong
gerobak jualanannya dari pagi shubuh menapaki jalan sepanjang bukit Lembang.
Beliau masuk ke lorong-lorong perumahan maupun komplek-komplek perumahan di
bukit Lembang…tak pernah merasa putus asa, tak pernah menyerah karena capek,
karena panas dan hujan di usia tuanya. Sayuran yang didagangkan diambilnya dari
warung dekat rumahnya. Ia mendapat bagi hasil dari usahanya itu…Allah SWT
selalu memberikan rahmatNya kepada semua yang ada di bumi maupun di langit…
Pada waktu bertemu lagi di bagian lain dari
komplek perumahan….sambil lari pagi ditengah sentuhan mentari pagi yang
hangat….saya bilang: “Aki…ieu ker nambah kanggo PLN tea…..”. Dengan wajah yang
sumringah….beliau mengucapkan:….alhamdulillah…..
Aki Mali….sebuah buku hidup yang mesti kita
tiru dan terus kuatkan diantara kita…masyarakat Indonesia…Maju terus
Indonesia….(hus/bukit lembang/selasa pagi/jam 07.16)
No comments:
Post a Comment