Tuesday, March 11, 2014

Mount Fuji….masih ketemu dengan salju…




Rasa penasaran juga. Waktu berkunjung ke Tokyo pertengahan Desember 2013 lalu tidak sempat jalan ke gunung Fuji. Dibutuhkan waktu sehari dengan acara lainnya sepanjang perjalanan kesana. Waktu itu sudah dingin dan hujan. Tapi di Tokyo belum ada salju. Sekarang juga pada saat tiba di Narita pada hari rabu pagi, 5 maret 2014, salju di Tokyo sudah berlalu. Namun sekitar 3 minggu sebelumnya, pertengahan Februari 2014, saya melihat Tokyo ditutupi salju tebal. Bahkan terjadi badai salju terasuk di Airport Narita. Saya was was juga melihat peristiwa itu. Terpikir gimana nanti pada awal Maret 2014 saat saya berkunjung lagi.

Istirahat di Restoran Menuju Puncak Gunung Fuji
Setelah acara ABEST21 saya dan dua rekan yaitu Bu Iin dan Prof Yasri dari Unand mendatangi counter hotel tempat kami menginap untuk ikut tour ke mount Fuji. Waktu itu ada dua rencana, malam itu akan ke Yokohama sambil coba naik Shinkansen dan besok ikut tour. Akhirnya karena sudah malam, kami putuskan ikut tour saja besok pagi. Namun setelah ditanya rupanya tour mount fujinya sudah penuh. Maklum besok pginya adalah hari minggu. Tidak heran penuh. Namun kami tidak putus asa dan minta petugas counter hotel yang mengurusi tour mencarikan tour mount fuji lainnya. Ternyata setelah cari selama 10 menit masih ada. Oke lah kami putuskan. Harganya lebih murah dari yang pertama yang sudah full booked. Yang pertama harganya 1400 Yen dan yang terakhir 950 Yen. Setelah menimbang tentang makanan kami putuskan tanpa makan siang. Kami akan bawa sendiri supaya aman. Harganya berkurang jadi 780 Yen saja. Jadi sekitar Rp 800 ribuan. Ini tournya tidak sampai ke mount fuji, tetapi sampai ke first step saja, dilanjutkan ke danau…dan terakhir ke ….yang banyak menjual barang-barang branden. Lumayan.
Tour yang pertama lebih mewah. Pulangnya pakai shinkansen sementara tour kami pakai bis ukuran kecil dan sampai ke stasiun Harajuku saja, tidak ke hotel tempat kami dijemput pagi harinya. Tapi still ok. Semangat.
 
Border Ke Gunung Fuji
 
Pagi-pagi jam 8 sudah dijemput di hotel dengan bis besar. Ruapnyancukup banyak yang akan jalan-jalan ikut tour. Kami diantar ke stasiun bis….dan bergabung dengan pesrta tour lainnya. Banyak paket tour lainnya disitu. Setelah lapor dan diberi kertas warna hijau sebagai tanda tour Gotamba. Rupanya bis kami yang kecil saja, bukan bis yang besar sehingga tidak begitu leluasa untuk ambil gambar selama diperjalanan. Akhirnya ada 7 orang saja yaitu group dari Thailand yang mendapat bonus wisata dari bosnya perusahaan Jepang dan satu lagi seorang pria mahasiswa dari Vancouver Kanada.

Dalam perjalanan kami melewati Tokyo Tower yang menjulang dengan warna merah bata. Stasiun tersebut dekat dengan Tower tersebut. Selanjutnya kami melewati daerah Harajuku dan masuk ke jalan tol. Dalam perjalanan memasuki daerah pegunungan di luar Tokyo mulai Nampak salju yang sudah keras dipinggir jalan tol sebelah kiri. hutan-hutan berwarna didominasi coklat. Banyak juga hanya pohonnya saja karena dedaunannya sudah berguguran. Tanah-tanah yang terjal dan pegunungan terlihat banyak yang putih karena salju. Dalam bagian lain di jalan tol, sebelah kiri dan kanan terdapat rumah-rumah penduduk, ada yang diatas bukit ada juga yang di dataran rendah. Terlihat mobil di sela-sela rumah. Bangunannya terlihat banyak yang masih tradisionil Jepang. Ditengah perjalanan tersebut saya teringat dengan pertanyaan “kenapa Jepang dulu menjajah Indonesia dan beberapa Negara Asia lainnya ya…?”. Itu sekelebat pikiran dalam perjalanan menikmati suasana musim dingin..

Mendekati daerah gunung Fuji, pemandu menyatakan arah Gunugn Fuji tetapi saying disayang…nggak kelihatan seperti yang banyak bisa dilihat di TV maupun gambar-gambar di majalah atau promosi wisata ke Jepang. Rupanya sama saja dengan Gunung Tangkuban Perahu, diatas daerah rumah saya yang di kaki bukit Lembang. Pada saat-saat tertentu misalnya musim dingin yang baru lalu, tidak kelihatan karena ditutupi banyak awan..tapi tetap ok kata rekan-rekan..pokoknya ke Fuji area dan ketemu dengan salju.

Memasuki tempat perhentian pertama yaitu sebuah tempat jual souvenir dan makanan, benar juga…diluarnya masih banyak salju tebal yg sebagiannya sudah keras. Tebalnya sekitar 30 sentimeter. Cukup tebal. Jalan harus hari-hati. Namun ditempat pemberhentian bis tidak ada salju karena sudah dibersihkan oleh mesin pembersih salju. Tempat itu dikelilingi oleh pepohonan yang tinggal rantingnya saja sehingga menambah suasana unik musim dingin. Banyak wisatawan yang dengan gembira mengambil foto-foto dengan berbagai gaya. Mereka ceria disana termasuk kami tentunya dari negeri tanpa salju kecuali di pegunungan tinggi seperti di Papua. Sampe sini dulu ya..ngantuk..
(hus/Garuda 777 330ER Tokyo-Jakarta/Sulu Sea/jam 15.30/11 Maret 2014)

Sony Archive: “We do what others not do…”




Kami peserta pertemuan ABEST21 di Tokyo pada saat pertemuan di Sony University pada siang hari yang dingin, mengunjungi Sony Archive. Gedungnya persis di sebelah gedung pertemuan ABEST21, ukurannya sedang dengan luas sekitar 15 x 40 meter. Ruangnya cukup kompak, dengan ukuran yang demikian bisa memamerkan berbagai inovasi Sony sejak berdirinya hingga produk-produk 3-5 tahun lalu.

Kata-kata diatas “We do what others not do…” keluar dari Akio Morita dalam film dokumenter mengenai sejarah Sony. Itulah salah satu semangat Sony yang menggerakkan para engineer muda Jepang, para manajer, para pimpinannya. Nampaknya untuk melaksanakan apa yang disampaikan Morita itu, diperlukan semangat baja yaitu semangat kerja keras hingga malam tiap hari, tidak putus asa untuk mencari…mencari berbagai ide baru yag belum dilakukan orang lain atau bangsa lain sebelumnya. Hal itu bisa yang baru sama sekali….yaitu yang orisinil maupun gabungan-gabungan dari apa yang sudah pernah dibuat orang lain sehingga menjadi sesuatu yang unik dan baru denganerformansi yang jauh lebih baik. Dibelakangnya terdapat pemimpin-peminpin yang tidak pernah lelah mendorong bawahannya maupun rekan-rekannya untuk berfikir…berfikir, disain, menulis…dan membuat prototype dan akhirnya produk. 

Ada sebuah cerita dalam film tersebut. Menarik dan masih relevan dengan situasi sekarang. “kita sudah membuat sebuah produk yang bagus. Tetapi tidak ada yang beli. Mungkin karena terlalu mahal. Bisa juga tidak terlalu atau belum dibutuhkan oleh orang-orang”. Jadi pemimpin Sony di masa awal bisnisnya bilang “ kita harus buat barang yang dibutuhkan dan dibeli orang atau pelanggan”. Memang di dalam perusahaan harus ada orang yang berfungsi sebagai pemasar. Apa yang dibuat harus dapat dinikmati oleh masyarakat. Untuk meningkatkan taraf hidup atau kesejahteraan masyarakat atau society. Ini menjadi salah satu filosofi Sony…for society. Luar biasa, sebuah pemikiran yang dikembangkan sejak awal berdirinya Sony.
Pada saat memasuki gedung tersebut, kami disambut oleh dua orang guide wanita Jepang yang sangat fasih bahasa Inggrisnya. Mereka menjelaskan secara umum tentang Sony Archive serta produk-produk yang dipamerkan disitu menurut kelompok ruangannya.

Saya menyaksikan produk-produk yang mulai dibuat pada masa awal berdirinya Sony. Barang-barang yang dipamerkan diurutkan menurut tahun sehingga penonton dapat mengikuti progresnya maupun inovasi baru yang dihasilkan Sony. Ada mesin ketik Sony, kelihatan sudah sangat tua tetapi tentu saja penuh kenangan. Nampaknya manajemen Sony berusaha keras menghadirkan produk-produk yang pernah ada di masyarakat namun waktu itu Sony tidak sempat memiliki copynya. Ada juga walkman yang pernah sangat terkenal itu. Modelnya cukup banyak dan rasanya tidak asing apa yang ada disitu karena di Indonesia banyak dijual dan tentu saja banyak dipakai oleh kaum muda maupun yang sudah senior. Ada juga kamera TV mulai dari yang sedang hingga yang untuk studio.

Pada salah satu lemari diperlihatkan juga Sony mengirimkan engineernya ke Amerika serikat untuk meninjau pabrik elektronik…..hasil peninjauan tersebut, engineer tersebut menulis sebuah laporan sekaligus sebuah gambar komponen elektronik yang sudah didisain ulang dengan yang baru lengkap dengan penjeasan detilnya. Laporan itu ditulis tangan dan dikirimkan via pos ke Tokyo untuk segera dapat di follow up. Sebuah intelligent industry yang luar biasa, dilakukan seseorang yang piawai dalam bidangnya. We do in a new way different with others or competitors did….hal ini memerlukan kemampuan sumber daya manusia yang prima. Yang demikian tetap saja dibutuhkan pada masa kini. Apalagi dalam kecepatan perubahan yang sangat tinggi…speed and smart… (hus/pesawat garuda 777 330ER/diselatan Cho Chi Min City/jam 15 wib, senin 17 Maret 2014)

ABEST21: Mengikuti Acara Board Meeting…




Pada awal bulan Maret 2014 ini, saya bersama bu Indrawati Ph.D Ka Prodi MM telah mengikuti acara akreditasi ABEST21 serta seminar mengenai quality assurance di Tokyo. Acaranya berlangsung di dua tempat yang berbeda yaitu di Sony University dan pada hari ke tiga di University of Tsukuba kampus Tokyo. Jarak diantara lokasi kedua institusi tersebut cukup. Sony University berada di dekat hotel kami menginap yaitu di Shinagawa Prince hotel di depan Shinagawa station. Jadi kami hanya jalan kaki sekitar 15 menit saja ke lokasi pertemuan namun karena masih musim dingin lumayan juga rasa dinginnya walau sudah memakai pakaian yang tebal. Sementara lokasi University of Tsukuba cukup jauh dari hotel, lokasinya melewati daerah Harajuku. Kami menggunakan bis yang disediakan oleh panitia.

Sedikit mengomentari Sony University dimana insitusi ini berbeda dengan university yang biasa kita kenal seperti Tsukuba University, Universitas Padjadjaran atau juga Universitas Telkom. Pada dasarnya Sony University merupakan sebuah unit pelatihan dan pengembangan untuk sumber daya manusia Sony Corporation. Sony yang didirikan pada tahun 1946 telah dikenal luas secara global karena inovasi berbagai produk elektronika sejak zaman sehabis perang dunia kedua hingga sekarang. Setelah mengunjungi Sony Archive di komplek Sony University, pantaslah mereka mengembangkan Sony University yang merupakan bagian dari sebuah kepemimpinan inovasi yang kuat lagi penuh inspirasi itu. Saya kira para pembaca blog ini pernah mengenal produk-produk Sony zaman dulu seperti Sony walkman, Sony camera, Sony TV dan lain-lainnya, masih banyak lagi. Secara pribadi saya termangu-mangu melihat banyak produk yang dipamerkan dalam bangunan yang cukup membanggakan itu, pernah ada di rumah saya maupun yang pernah dipakai oleh anak-anak saya di Bandung. Sekarang ini corporate university sudah mulai menjadi trend diantara perusahaan-perusahaan besar di dunia termasuk di Indonesia. Contohnya PT Telkom telah mendirikan Telkom Corporate University di Bandung Utara dimana sebelumnya merupakan Telkom Training Center. Dalam rangka kerjasama dengan ZTE China, sebuah perusahaan manufaktur Cina, saya juga pernah 3 kali mengunjungi ZTE University di Shenzen dan juga sekali ke Motorola University di Beijing Cina pada tahun 2010 lalu. 

Presentasi Anggota ABEST 21 di Tokyo

Pertemuan pembahasan hasil akreditasi ABEST21 beberapa universitas pada dasarnya terbuka, dapat disaksikan oleh peserta dari universitas peninjau dari beberapa negara. Kami bisa menyaksikan presentasi laporan Peer Review Team (PRT) dengan gamblang. Disitu dilaporkan point-point yang menjadi perhatian atau cacatan tim tersebut seperti aspek-aspek positif business school misalnya response yang cepat atas komentar tim pada saat perbaikan report, masalah kelemahan data yang menjadi perhatian tim, aspek-aspek kekuatan program akademik dan research, dan lain-lainnya. Hasil visitasi disampaikan oleh ketua PRT atau yang ditunjuk karena ketua tim berhalangan hadir ke Tokyo.

Setelah presentasi selesai, member ABEST21 dapat mengajukan pertanyaan atau komentar atas laporan visistasi tersebut serta meminta penjelasan atas hal-hal yang dirasa masih belum jelas. Kemudian setelah tidak ada pertanyaan lagi, acara dilanjutkan dengan pemberian nilai akreditasi dari PRT melalui formulir isian yang diedarkan oleh panitia. Berdasarkan laporan yang telah dibuat dan diklarifikasi PRT dan laporan visitasi, tiap anggota PRT memberikan nilainya masing-masing. Setelah itu ketua PRT membacakan statistic penilaian, berapa yang memberikan nilai berdasarkan abjad dari A hingga C. selanjutnya diambil kesimpulan nilai akhir yang akan diusulkan kepada Accreditation Committee, esok harinya. Semua diskusi dalam pertemuan PRT tersebut dapat disaksikan oleh peserta peninjau dari berbagai negara.

Suasana Board Meeting

Ke esokan harinya yaitu pada hari Kamis 7 Maret 2014, kami juga menyaksikan pertemuan Accreditation Committee dimana ketua dan beberapa anggotanya berbeda dengan PRT pada hari sebelumnya. Sama seperti hari sebelumnya, tiap ketua tim visitasi melaporkan hasilnya kepada AC dan kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab. Accreditation Committee tidak membahas secara terbuka atas penilaian akhir yang disetujui atas usul dari PRT pada hari sebelumnya.

Secara umum, kami peserta yang baru yang akan mengikuti proses akreditasi ABEST21 mendapatkan beberapa informasi maupun hints  mengenai proses yang akan kami jalankan kemudian. Lumayanlah sebagai bekal untuk menyiapkan report akreditasi yang akan dimulai bulan April 2014 yang akan datang. Tapi tentu saja masih memerlukan masukan pengalaman dari rekan-rekan universitas lain yang sudah menerima akreditasinya termasuk juga masukan dari advisor ABEST21. Insya Allah..(hus/dalam pesawat Garuda 777 – 330ER Tokyo-Jakarta/jam14.15 wib).

Tuesday, March 4, 2014

Karaketer Indonesia…..Pak Mali, 84 tahun: “Ah isin………”


Minggu pagi pak Mali yang umurnya 84 tahun menawarkan sayuran. Dengan suara yang sudah lemah karena umur tapi tetap semangat : “ Sayuur…….sayuuur…….”. Suara itu menapaki komplek perumahan kami di kaki bukit Lembang yang berada disebelah utara jalan tol yang menuju ke jalan Pasteur.
 
Pada saat ngobrol dengan pak Mali, beliau saya tanya: “  Aki……kunaon parantos sepuh masih icalan keneh….”. Pak Tua yang kuat lagi tegar tersebut menjawab dengan nada tegas : “Ah isin…. ari barang penta ka batur wae mah…”. Lantas pak Mali melanjutkan: “Mending oge dagang leuleutikan…..”. Kalau dalam bahasa Indonesianya pertanyaan saya adalah Kakek…..kenapa sudah tua masih juga jualan. Lantas dijawab pak Mali: ah…MALU kalau harus minta-minta terus kepada orang lain. Mendingan juga dagang kecil-kecilan.

 
Pak Mali punya satu putra namun sudah meninggal. Demikian juga istrinya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Beliau sekarang hidup sendirian saja di masa tuanya tapi dengan penuh perjuangan hidup.Saat ini beliau menempati sebuah rumah gubuk (menurut cerita beliau) di daerah Parongpong Lembang. Sudah hampir satu bulan rumahnya yang sangat bersahaja tersebut gelap karena aliran listriknya yang dia minta dari tetangganya dicabut karena tetangga tersebut tidak mampu membayar listrik sehingga rumah aki Mali turut bergelap ria. Sebetulnya Aki Mali sudah membayar sebesar dua puluh ribu rupiah tiap bulan untuk keperluan listrik tersebut. Tapi apa boleh buat, walau sudah bayar tetap saja gelap karena tetangganya belum membayar tagihan listrik. Petugas PLN punya jalan keluar. Aki Mali jangan nyambung ke tetangganya lagi. Tapi bisa disambung langsung dari gardu terdekat dengan membayar sebesar seratus lima puluh ribu rupiah. Aki Mali akan mendapat 25 watt.
 
Dalam percakapan saya pagi minggu pagi itu, beliau sering menyatakan “Aki teh bingung…..kumaha…carana neangan duit ker mayar PLN….makaning kudu ayak duit seratus lima puluh rebu…..”.

Karakter MALU, BERJUANG KERAS dengan tenaga yang ada….dapat ditemui di banyak masyarakat Indonesia. Salah satu yang dapat kita tiru apa yang ditunjukkan oleh Aki Mali yang sebatang kara. Beliau mendorong gerobak jualanannya dari pagi shubuh menapaki jalan sepanjang bukit Lembang. Beliau masuk ke lorong-lorong perumahan maupun komplek-komplek perumahan di bukit Lembang…tak pernah merasa putus asa, tak pernah menyerah karena capek, karena panas dan hujan di usia tuanya. Sayuran yang didagangkan diambilnya dari warung dekat rumahnya. Ia mendapat bagi hasil dari usahanya itu…Allah SWT selalu memberikan rahmatNya kepada semua yang ada di bumi maupun di langit…

Pada waktu bertemu lagi di bagian lain dari komplek perumahan….sambil lari pagi ditengah sentuhan mentari pagi yang hangat….saya bilang: “Aki…ieu ker nambah kanggo PLN tea…..”. Dengan wajah yang sumringah….beliau mengucapkan:….alhamdulillah…..
Aki Mali….sebuah buku hidup yang mesti kita tiru dan terus kuatkan diantara kita…masyarakat Indonesia…Maju terus Indonesia….(hus/bukit lembang/selasa pagi/jam 07.16)



Akreditasi Program MM Tel-U: Mulai Menapak Proses Awal….




Akreditasi program magister manajemen Fakultas Ekonomi & Bisnis Telkom University baru saja menapaki tahap awal. Program MM yang telah mendapatkan akreditasi A dari BAN PT sebelumnya melanjutkan pada proses akreditasi internasional yaitu ABEST21 di Jepang. Saat ini sudah ada tiga program pendidikan bisnis yang telah memperoleh akreditasi tersebut yaitu UI, SBM ITB dan Unibraw. Selain itu hingga sekarang langkah ke tiga PTN tersebut sedang diikuti pula oleh beberapa PTN dan PTS lainnya di Indonesia. Disamping perguruan tinggi dari Indonesia, akreditasi ABEST21 diikuti pula oleh berbagai sekolah bisnis dari Jepang, Malaysia, Thailand, Cina dan dari negara-negara lainnya.

Langkah program MM Tel-U mengikuti akreditasi internasional ini merupakan program yang tidak terpisahkan dari tekad Tel-U untuk meraih perguruan tinggi berkelas internasional. Langkah ini dimulai dengan kunjungan ke kantor ABEST21 di Tokyo pada bulan Desember 2013 lalu. Pada saat itu Dekan dan Ketua Departemen Pasca Sarjana diterima oleh Presiden ABEST21 Mr. Fumio Itoh Ph.D di kantornya. Walaupun saat itu Kota Tokyo diselimuti oleh hujan dan cuaca yang dingin, namun diskusi hangat di dalam kantor ABEST21 telah dapat mendorong semangat Tel-U untuk memulai proses akreditasi internasional tersebut.

Kemudian pada minggu ke tiga Februari 2014 lalu, ABEST21 telah mengadakan seminar mengenai proses akreditasi di Kuala Lumpur dengan pembicara President ABEST21 dan dari Malaysia. Acara tersebut diikuti oleh beberapa PT dari Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand. Informasi yang diperoleh telah memberikan insight yang cukup mendalam mengenai proses akreditasi yang akan dijalani. Pada dasarnya semangat akreditasi tersebut berbasiskan proses Kaizen dimana program pendidikan bisnis yang sedang diakreditasi dituntut secara kontinyu untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikannya dengan mengenali kekuatan dan kelemahannya sendiri. Sebuah sekolah harus dapat menggambarkan apa yang telah diperbuatnya dan apa yang akan dilakukannya sehingga diperoleh perbaikan-perbaikan kualitas yang signifikan. Jangan sekali-kali menjelaskan apa yang sebenarnya tidak dilakukan, demikian disampaikan oleh Mr. Fumio Itoh.

Proses persiapan akreditasi terus berlanjut. ABEST21 akan mengadakan Simposium tahunan pada tanggal 6 – 9 Maret 2014 di Tokyo. Sejalan dengan pelaksanaan acara tersebut,  usulan dari Program MM Tel-U untuk menjadi anggota ABEST21 telah diterima oleh Manajemen ABEST21. Dalam hal ini Tel-U telah diundang untuk menghadiri acara tersebut dimana nantinya sebagai anggota baru diminta untuk memperkenalkan diri di depan forum tersebut, sekaligus akan diterima secara resmi menjadi anggota ABEST21. Insya Allah..

Dalam rangka menghadiri acara tersebut, tadi sore Dekan dan Ka Prodi MM telah berangkat ke Cengkareng untuk bergabung dengan beberapa anggota APMI untuk terbang malam ini ke Narita Tokyo. Alhamdulillah, tadi jam 8 lebih sedikit, kami telah selamat tiba di Bandara Soekarno Hatta. Mudah-mudahan acara ini dapat dilaksanakan dengan lancar dan memberikan manfaat yang besar dalam meningkatkan sekolah-sekolah bisnis di Indonesia, termasuk program MM Tel-U tentunya. Insya Allah..(hus/Soekarno Hatta Airport/Selasa malam jam 08.25)